" Three words I can sum up everything I've learned about life: it goes on. " Robert Frost

Sunday, July 29, 2012

Ini Bukti Indahnya Berbagi


Pergulatan melawan panas dan haus di bulan puasa masih harus digabung dengan perjuangan melawan capek dan jalan kaki menunggu disamperin metromini 502 yang berujung di tanah abang. Perjalanan belum menemukan akhirnya, setelah turun dari metromini, harus jalan kaki yang terkadang dibarengi sama lari marathon demi terkejarnya sebuah KRL AC menuju rawabuntu yang akan mengantarkan gue selangkah lebih dekat dengan rumah.

Bukan berarti gak bisa santai, bisa aja turun dari metromini jalan santai walaupun dari kejauhan terdengar panggilan buat penumpang KRL AC tersebut ya dengan risiko semakin sore akan semakin padat dan harus rela menunggu berdiri di stasiun (karena tempat duduk yg sangat terbatas di peron dan padatnya penumpang yang juga sedang menunggu) selama kurang lebih 30 menit.

Setelah itu bukan berarti di dalam kereta terdapat jaminan bisa duduk santai karena kereta tersebut ber-AC. Coba sekali-kali naik kereta jam pulang kantor yang terlihat di sekeliling hanya bahu orang yang lebih tinggi atau wajah orang lain yang sama tingginya dgn kita. Bahkan di jam rame gitu kita bisa gak pegangan sama sekali karena gak bakalan jatoh, toh kiri kanan lo udah di sanggah sama orang lain. Itu ngasi bayangan dong gimana padatnya kereta jam segitu.

Belom lagi kalau di rasa AC udah gak lagi ngasi sejuk yang cukup, gue bahkan keringetan total dan mulai sesak karena mungkin yang gue hirup bukan lagi oksigen tapi udah karbondioksida dari hembusan nafas orang lain. Jadi terkadang jendela di gerbong suka di buka biar sedikit mendingan. Terus kadang karena di jam padat, kereta harus ngetem sekitar 5-15 menit di satu stasiun selagi nunggu stasiun pemberhentian selanjutnya udah kosong.

Laptop yang tersampir di pundak, badan yang terus meneteskan keringat, kahausan yang sudah semakin mencapai puncak, maka kondisi badan pun meminta sedikit istirahat, dan yang bisa gue lakukan cuma ngucap dalam hati, semoga diberi kekuatan sama Allah (nggak lebay, bener) dan berharap semoga ada penumpang yang cepet turun. Nggak duduk nggak apa-apa deh asal nggak pengap tanpa udara gitu.

Mau ngeluh, ngerasa gue mungkin masih cukup muda diantara jejeran ibu-ibu (kebetulan gue di gerbong khusus wanita) yang ada disekeliling gue. Mungkin gue baru seminggu ngerasain gini, gimana mereka mungkin yang udah tahunan kaya gini? Lucu aja rasanya mau ngeluh. Kerjaan gue di kantor cuma nulis artikel, mungkin mereka abis diomelin bosnya, mungkin mereka abis dapet kerjaan setumpuk, atau mungkin mereka masih harus mikirin keluarga mereka dirumah, atau harus mikirin biaya kontrakan atau sewa rumah. Sementara gue nyampe rumah tinggal mandi, makan (udah disiapin mama) dan tidur. So, wajarkah gue mengeluh terus? Gue rasa sih nggak. Walaupun manusiawi pasti gue shock sama keadaan yang tiba-tiba harus gue jalani gitu.

Pas banget, adzan berkumandang di salah satu stasiun yang kita lagi ngetem disitu. Secara serentak sebagian besar penumpang kereta di sekeliling gue, mengeluarkan botol air mineral berbagai merk yang mereka bawa (entah memang puasa dan segera ingin berbuka, mungkin juga yang tidak puasa tapi daritadi menghargai sekelilingnya) dan segeralah hampir se-gerbong melakukan gerakan yang sama, meneguk air dalam-dalam.
Beberapa terlihat mengeluarkan kotak makanan atau kantongan berisi makanan. Ibu-ibu didepan gue mengeluarkan sekotak kurma dan terlihat mengunyahnya khidmat. Setelah itu dia melihat sebelahnya, ternyata ibu di sebelahnya tidak memakan apapun, dia lalu menawarkan, dan apa yang terjadi? Kotak kurma tersebut berpindah tangan dari ujung kursi hingga ujung satunya dan kembali ke pemiliknya.

Gue yang ngeliat, cuma bisa tercengang lalu kemudian tersenyum simpul. Seneng aja ngeliatnya. Belum lagi, entah karena tergerak ngeliat ibu itu atau gimana, jadi ada beberapa orang yang melakukan hal yang sama. Jadi acara berbagi bukaan itu pun terjadi selama beberapa saat.

Selama ini gue pikir ucapan “Indahnya Berbagi Selama Bulan Ramadhan” itu cuma tinggal sebait kata yang terlupakan esensinya ya istilahnya kata-kata jualan doang. Ya walaupun gak semua sih, kita pasti akan tetap berbagi sama orang terdekat. Tapi hey, sama orang yang bahkan kita gak kenal, masa iya sih? Tapi Allah nunjukkin ke gue langsung, kalo umat-Nya masih punya hati, masih punya nurani dan rasa untuk tetap berbagi sama sekitarnya. Persis seperti apa yang Ia ajarkan.

Suatu sore di bulan Ramadhan, KRL AC gerbong kereta khusus wanita, perjalanan Tn.Abang – Rawabuntu, gue dikasi liat suatu tindakan kecil yang sebenarnya sederhana tapi punya efek gede. Dalam padatnya orang di gerbong itu, gue ngerasa adem. Hal yang gue pikir tinggal “kenangan” ternyata masih “hidup”. Dari hal yang kecil, satu gerbong seolah berada dalam satu rangkulan besar kehangatan saudara. Gue seneng bisa ngeliat itu langsung di depan mata gue. Semoga siapa aja yang baca ini, bisa sedikit ikut ngerasain yang gue rasain waktu itu ! J

2 comments: