" Three words I can sum up everything I've learned about life: it goes on. " Robert Frost

Sunday, July 29, 2012

Sebuah Harapan dan Sejumput Dukungan

Ketemu dan Wawancara I Gede Siman Sudartawa Bareng Erika Anindita, FX, AORI 2012
Yang paling hits sekarang? Buat gue sih Olimpiade London. Kenapa? Nggak tau juga sih, cuma mungkin itu event paling gede yang sedang berlangsung sekarang setelah sebelumnya kita semua heboh ngedukung negara lain di EURO 2012. Terus sekarang kesempatan dukung negara sendiri? Iya dong!! Percuma aja kalau mereka udah sampe sejauh itu, ngebelah samudera kalau nggak dapat dukungan dan kepercayaan dari orang-orang sebangsa setanah airnya. Iya gak?

Kalau soal dukung mendukung, selama ini sih gue selalu ngasi support buat Indonesia. Walaupun ya sekadar yakin kalau kita bisa dan berusaha sebisa mungkin nggak menjelek-jelekkan bangsa sendiri terutama di sosial media. Bukan berarti gue si maniak Indonesia yang selalu ngedukung dan nonton terus ngikutin perkembangan, nggak lah, gue belum sampe ke titik seperti itu. 

Buat Olimpiade London ini sesekali iya gue nonton, cuma yang buat gue bingung kenapa yang ngambil siarannya cuma TVRI ? TV lain mana? Kok giliran EURO kayanya semua berebutan (padahal nggak ada negaranya) eh ini jelas kita ada mengirimkan delegasi malah kaya santai aja nggak pengen ngambil siarannya. ANEH. (atau mungkin ada yang tau alasan dibalik ini boleh menitipkan comment di bawah post ini)

Nggak, gue buat tulisan ini bukan pengen mengkritik atau ngomongin lo uda ngedukung negara lo atau nggak. Yang gue pengen omongin adalah dari semua cabang yang ada delegasi Indonesianya, gue sangat mendukung dan memberikan harapan tertinggi gue di cabang renang. Kenapa? Demen renang? Bukan karena gue demen renang, selama ini juga bahkan gue nggak pernah ngikutin olahraga renang Indonesia. Itu cuma karena gue pernah wawancara sama atlet renang kita yang dikirim buat Olimpiade London ini, ya siapa lagi kalau bukan I Gede Siman Sudartawa.

Waktu itu kebetulan gue pernah mengikuti kompetisi blogging yang di adain sama Tabloid Bola, dan gue punya kesempatan mewawancara 5 atlet andalan bangsa salah satunya dia. Dan gue terkesima dengan prestasi yang dia torehkan dan kenyataan bahwa umurnya masih sangat muda. Orangnya juga nggak macem-macem dan terlihat sangat ramah. Lebih lengkapnya silahkan baca tulisan gue tentang dia disini. Jadi karena itulah gue berharap lebih di Olimpiade ini. Sampe gue yang tadinya sekadarnya banget ngikutin perkembangan event ini, jadi getol nyari tau soal cabang renang.

Walaupun kini pada kenyataannya Siman Sudartawa sudah tersisih. Tapi gue masih tetap mendukung dan berharap sama dia di masa depan nanti. Dukungan gue penuh buat dia. Sampe sekarang walaupun Indonesia belum menghasilkan medali apapun. Gue cuma bisa berharap yang terbaik. Melakukan yang terbaik aja udah cukup kok, toh hasilnya siapa yang bakal tau. Saingan juga dari seluruh dunia. Berbanggalah bisa mewakili Indonesia. :)

Ini Bukti Indahnya Berbagi


Pergulatan melawan panas dan haus di bulan puasa masih harus digabung dengan perjuangan melawan capek dan jalan kaki menunggu disamperin metromini 502 yang berujung di tanah abang. Perjalanan belum menemukan akhirnya, setelah turun dari metromini, harus jalan kaki yang terkadang dibarengi sama lari marathon demi terkejarnya sebuah KRL AC menuju rawabuntu yang akan mengantarkan gue selangkah lebih dekat dengan rumah.

Bukan berarti gak bisa santai, bisa aja turun dari metromini jalan santai walaupun dari kejauhan terdengar panggilan buat penumpang KRL AC tersebut ya dengan risiko semakin sore akan semakin padat dan harus rela menunggu berdiri di stasiun (karena tempat duduk yg sangat terbatas di peron dan padatnya penumpang yang juga sedang menunggu) selama kurang lebih 30 menit.

Setelah itu bukan berarti di dalam kereta terdapat jaminan bisa duduk santai karena kereta tersebut ber-AC. Coba sekali-kali naik kereta jam pulang kantor yang terlihat di sekeliling hanya bahu orang yang lebih tinggi atau wajah orang lain yang sama tingginya dgn kita. Bahkan di jam rame gitu kita bisa gak pegangan sama sekali karena gak bakalan jatoh, toh kiri kanan lo udah di sanggah sama orang lain. Itu ngasi bayangan dong gimana padatnya kereta jam segitu.

Belom lagi kalau di rasa AC udah gak lagi ngasi sejuk yang cukup, gue bahkan keringetan total dan mulai sesak karena mungkin yang gue hirup bukan lagi oksigen tapi udah karbondioksida dari hembusan nafas orang lain. Jadi terkadang jendela di gerbong suka di buka biar sedikit mendingan. Terus kadang karena di jam padat, kereta harus ngetem sekitar 5-15 menit di satu stasiun selagi nunggu stasiun pemberhentian selanjutnya udah kosong.

Laptop yang tersampir di pundak, badan yang terus meneteskan keringat, kahausan yang sudah semakin mencapai puncak, maka kondisi badan pun meminta sedikit istirahat, dan yang bisa gue lakukan cuma ngucap dalam hati, semoga diberi kekuatan sama Allah (nggak lebay, bener) dan berharap semoga ada penumpang yang cepet turun. Nggak duduk nggak apa-apa deh asal nggak pengap tanpa udara gitu.

Mau ngeluh, ngerasa gue mungkin masih cukup muda diantara jejeran ibu-ibu (kebetulan gue di gerbong khusus wanita) yang ada disekeliling gue. Mungkin gue baru seminggu ngerasain gini, gimana mereka mungkin yang udah tahunan kaya gini? Lucu aja rasanya mau ngeluh. Kerjaan gue di kantor cuma nulis artikel, mungkin mereka abis diomelin bosnya, mungkin mereka abis dapet kerjaan setumpuk, atau mungkin mereka masih harus mikirin keluarga mereka dirumah, atau harus mikirin biaya kontrakan atau sewa rumah. Sementara gue nyampe rumah tinggal mandi, makan (udah disiapin mama) dan tidur. So, wajarkah gue mengeluh terus? Gue rasa sih nggak. Walaupun manusiawi pasti gue shock sama keadaan yang tiba-tiba harus gue jalani gitu.

Pas banget, adzan berkumandang di salah satu stasiun yang kita lagi ngetem disitu. Secara serentak sebagian besar penumpang kereta di sekeliling gue, mengeluarkan botol air mineral berbagai merk yang mereka bawa (entah memang puasa dan segera ingin berbuka, mungkin juga yang tidak puasa tapi daritadi menghargai sekelilingnya) dan segeralah hampir se-gerbong melakukan gerakan yang sama, meneguk air dalam-dalam.
Beberapa terlihat mengeluarkan kotak makanan atau kantongan berisi makanan. Ibu-ibu didepan gue mengeluarkan sekotak kurma dan terlihat mengunyahnya khidmat. Setelah itu dia melihat sebelahnya, ternyata ibu di sebelahnya tidak memakan apapun, dia lalu menawarkan, dan apa yang terjadi? Kotak kurma tersebut berpindah tangan dari ujung kursi hingga ujung satunya dan kembali ke pemiliknya.

Gue yang ngeliat, cuma bisa tercengang lalu kemudian tersenyum simpul. Seneng aja ngeliatnya. Belum lagi, entah karena tergerak ngeliat ibu itu atau gimana, jadi ada beberapa orang yang melakukan hal yang sama. Jadi acara berbagi bukaan itu pun terjadi selama beberapa saat.

Selama ini gue pikir ucapan “Indahnya Berbagi Selama Bulan Ramadhan” itu cuma tinggal sebait kata yang terlupakan esensinya ya istilahnya kata-kata jualan doang. Ya walaupun gak semua sih, kita pasti akan tetap berbagi sama orang terdekat. Tapi hey, sama orang yang bahkan kita gak kenal, masa iya sih? Tapi Allah nunjukkin ke gue langsung, kalo umat-Nya masih punya hati, masih punya nurani dan rasa untuk tetap berbagi sama sekitarnya. Persis seperti apa yang Ia ajarkan.

Suatu sore di bulan Ramadhan, KRL AC gerbong kereta khusus wanita, perjalanan Tn.Abang – Rawabuntu, gue dikasi liat suatu tindakan kecil yang sebenarnya sederhana tapi punya efek gede. Dalam padatnya orang di gerbong itu, gue ngerasa adem. Hal yang gue pikir tinggal “kenangan” ternyata masih “hidup”. Dari hal yang kecil, satu gerbong seolah berada dalam satu rangkulan besar kehangatan saudara. Gue seneng bisa ngeliat itu langsung di depan mata gue. Semoga siapa aja yang baca ini, bisa sedikit ikut ngerasain yang gue rasain waktu itu ! J

Monday, July 16, 2012

Kemana Esensi Itu?

Sebenernya ini bukan hal yang baru tentu, mungkin udah pernah ada yang menuliskan, mungkin juga uda pernah ada yang ngomentarin atau malah banyak, bukan cuma sekadar ada. Ini soal radio yang akhir-akhir ini semakin serupa, mirip, itu-itu aja, atau ya gitu deh monoton. Menampilkan atau mengulang-ngulang lagu yang sama terus menerus, seolah-olah playlistnya ya udah itu-itu aja.

Nggak ada yang salah mungkin, atau mungkin sebagian orang malah suka sama hal itu. Tapi ini murni pendapat pribadi, bahwasanya esensi radio yang dari dulu gue tau (at least bagi gue) media dimana lo bisa ngerasa surprise ketika lagu yang lo suka banget atau lagu jadul banget yang uda lama banget gak lo dengerin tiba-tiba diputerin, perasaan seperti itu yang membuat seseorang betah berjam-jam dengerin frekuensi andalannya.

Nah yang mana kini sayangnya hal itu semakin terkikis, dengan tagline "All New blah blah blah" beberapa stasiun radio mulai menanggalkan/meninggalkan hal ini. Jadinya lagu yang diputer ya lagu yang itu-itu terus, lagu yang katanya lagi hits. Anw, gue bukan nolak lagu yang lagi hits, siapa sih yang gak seneng dikasi referensi lagu baru? iya kan? tapii oh lagii lagii tapiii bosen juga dong kalo hampir seharian penuh kita cuma disuguhin lagu yang itu-itu aja.

Kaya gue deh, kemarin gue lama banget di jalan, otomatis gue mengandalkan radio buat pelepas bosan kan, eng ing eng hampir 4 jam gue di mobil, gue mendengarkan lagu yang sama bisa sampe 3x, dan bukan cuma 1 lagu yang begitu. Sampe kadang gue berasa kaya, ini radio uda mulai kaya hape gue yg lagi di shuffle, playlistnya itu doang. Gue kehilangan esensi dan perasaan surprise yang gue tunggu-tunggu itu. Kemana lagi gue harus nyari perasaan saat-saat dimana lagu favorit gue diputer tiba-tiba di jalanan yang padet yang seketika bisa mengembalikan semua mood gue. Ah I lost that.

Kecewa iyalah! Walaupun ya gak semua stasiun radio kaya gitu, masih ada juga yang mempertahankan kekhasan mereka dan tidak berubah menjadi radio yang kekinian. Tapi semua kembali pada selera, mungkin itu terjadi karena memang lagi begitu permintaan pasar saat ini, mungkin hanya sebagian kecil orang seperti gue, yang tentu gak mungkin radio itu ngikutin minoritas. Akankah radio kembali seperti dulu, let's wait and see :') - NDN

Thursday, July 12, 2012

Mungkin. Segera. Sampai Bertemu.

Aku bukan manusia perkasa yang mampu menahan sakit hati yang sama. Jika kini aku terus bertahan karena ada satu sisi diri ini yang percaya bahwa masih ada yang mampu diperjuangkan dari apa yang dulu pernah kita miliki. Tapi aku juga percaya ada kala aku akan berhenti lalu mengayuh langkah lain. Aku hanya tak ingin pernah menyesali apapun suatu hari nanti di masa datang. Aku tak ingin jika nanti di masa depan, aku melongok ke belakang lalu aku menyadari masih ada saat yang aku tinggalkan tanpa sempat aku perjuangkan terlebih dahulu, lalu kemudian aku hidup dalam sesal. Tapi aku juga tak ingin terus bodoh dan mengalah pada perasaan, cerita dan hari kita akan teruas menjadi kenangan yang sudah semakin jauh tak terjamah, tak lekas bisa diperbaiki apalagi untuk diulang. Aku ingin memberi ruang pada logika untuk punya kesempatan mengambil alih jasad ini. Membawanya untuk melihat bentangan luas yang siap menanti kala beban masa lalu itu siap ku lepaskan dari panggulan dan ku tinggalkan sebagai suatu perjuangan yang telah selesai dan pantas untuk dibanggakan di hari esok. Namun, aku terus berada di persimpangan, beban ini sudah semakin berat, aku mulai tak sanggup untuk terus memanggulnya dalam setiap langkah yang ku jejak, mulai terasa tak lagi pantas, merasa ujung perjuangan ini sudah semakin dekat, waktu ku tak lagi banyak. Tapi sisi lain diri ini masih naif, masih ingin terus tersesat dalam labirin permainan kenangan yang sama, belum ingin beranjak karena merasa belum siap dan belum mampu terbiasa tanpa beban yang dipanggul. Tapi sisi lain itu tak lagi lebih hebat kini, aku melangkah kian pasti, logika acapkali menguasai dan memandu langkahku. Lalu kesadaran pun muncul, bahwa aku memang telah siap menanggalkan beban ini dan melangkah ringan menyongsong asa yang terbentang. Setahun hampir, aku lelah, punggung pun berteriak putus asa dengan beban yang sudah menjadi bangkai ini. Maka, aku akan membiarkan langkah ini dibimbing oleh logika, biar bangkai ini teronggok sepi dalam sudut kenangan menjadi pelajaran di masa datang. Bahwa dulu pernah ada kisah hebat yang terajut di sana dan mungkin setelah ia tertinggal di belakang, aku siap merajut kisah dalam asa yang baru. Mungkin. Segera. Aku akan segera kembali melangkah melepas beban. Tunggu aku wahai penantang esok. Sampai bertemu di bawah dekapan hangat matahari hari esok. -NDN

Krayon Pewarna Hari

Tiba-tiba ditengah siang saat liburan nganggur begini, gue terkena virus melankolis. Hahaha. Nggak menye-menye banget, cuma sekadar teringat dalam dua tahun ini perjalanan hari-hari saya berwarna-warni kaya krayon karena mereka yang siap sedia selalu di sisi. Biasa sih mungkin di luaran sana, banyak juga orang lain yang punya teman sehebat ini, tapi buat gue mereka yang paling hebat. Perjalanan masih panjang memang, masih ada ratusan hari lain yang siap menghadang di depan, bukan jarang emosi dan mood naik turun akibat tekanan tugas dan tanggung jawab jadi pemecah belah, tapi gue tetap selalu bersyukur mereka selalu ada. Tanpa keluh. Beberapa memang mungkin belum lama dekat, tapi beberapa uda bareng mengarungi 2 tahun hebat ini dari belum menjadi apa-apa di UMN sampai menjadi biang rusuh di UMN hahahhaa. Mungkin Icha,Ratna dan Yanti yang pertama, tapi Erika,Iveta,Cesita,Nessie,Fani,Degisa,Abang,Maya juga bagian dari Ilkom G yang super. Bertemu dengan Tita,Aya,Vivi,Yosi dan Ninda juga menjadi pelengkap. Ah kalian semua indah :') TERIMA KASIH !
























-NDN