" Three words I can sum up everything I've learned about life: it goes on. " Robert Frost

Monday, August 19, 2013

Adam Levine dan Gitarnya

I'm a big fans, let me correct it, I'm a giant fans of this lead singer of Maroon 5, Adam Levine. Then, somehow, I found this article and video, while suddenly my heart collapse. 

Norak nggak sih, tapi gue merinding-merinding, kesel iri sendiri karena ngeliat si Rachel anak perempuan kecil ini dapat gitarnya Adam Levine pas dia lagi nonton konser Maroon 5. Ya bukan yang berita baru banget sih, udah tanggal 8 Agustus 2013 kemarin. Tapi ya tetep aja kan. Mana pas itu dia lagi ulang tahun, kado ulang tahun paling nyenengin pasti itu sih.

Walaupun tahun lalu gue ulang tahun sehari setelah konsernya Maroon 5 di Jakarta, Indonesia yakni 5 Oktober 2012, yang mana itu konser Maroon 5 yang ke-2 di Indonesia. Malem itu aja udah jadi yang paling nyenengin buat gue apalagi jadi si Rachel ini. It will be the greatest bahkan mimpi gitu aja gak berani kan gue hahaha.

Ini video pas konsernya dan kalau lo penggemarnya Maroon 5 dan Adam Levine jangan bohong kalo lo nggak gregetan :




atau lihat di link ini : http://www.youtube.com/watch?feature=player_embedded&v=nMNu_3kc268

Terus pake segala bilang :

"Rachel you've got to promise me you're gonna learn how to play that guitar, OK?" Levine said. I mean, the guitar's bigger than you, but you're the cutest person I've ever seen in my life. I'm happy you have it." 

She was the lucky one. Superb!

Saturday, August 17, 2013

Jawaban yang Tidak Ingin Terdengar

Sedang terpekur dalam, merasa ragu hanya akan membuat kaki terus goyah
Mencari pijakan dari semua rasa yang ada atau mungkin ada
Aku enggan beranjak, memilih untuk melebur pada ragu agar tak menyulitkan langkah
Tenggelam sendiri, menyelam dalam

Anggap saja ini indah, begitu indah mungkin
Belum pantas dirusak
Atau mungkin aku hanya tidak ingin ini segera berakhir 
Memilih mengiyakan daripada berteriak lantang lalu menemukan jawaban yang tidak ingin terdengar


Thursday, August 1, 2013

Berkaca di Panasnya Aspal Ibukota

Kemarin pagi ketika sesaat lagi sampai di terminal Blok M, gue menemukan keramaian di tengah jalan (literally tengah jalan, karena persis ditengah perempatan gede deket Universitas Al Azhar situ) yang ternyata telah terjadi kecelakaan. Setelah diliat lagi ada seseorang yang meninggal. Kenapa gue yakin bilangnya meninggal, soalnya sekujur tubuhnya udah ditutupi oleh koran. Meskipun ditengah-tengah, si bapak berada di jalur busway. Dibelakangnya beberapa meter terlihat sebuah bus Transjkt berhenti (gue nggak tau itu yang nabrak atau bukan). Lagi lagi hal yang kaya gini terulang. 

Mungkin salah si bapak atau salah si Transjkt atau salah dua-duanya. Gue nggak tau pasti. Yang jelas gue ngeliat ini sebagai hal yang sangat disayangkan. Apa rasanya jadi keluarga beliau, entah itu anaknya, istrinya atau mungkin ibu bapaknya. Siapa yang nyangka di hari yang masih sepagi itu dia harus merenggang nyawanya.

Emang umur seseorang tidak dapat ditebak oleh siapapun. Tidak juga ada yang tau bagaimana dan kapan ajal akan menyambangi. Tapi setidaknya perasaan seperti itu akan tetap menghancurkan hati orang yang kenal dengannya. Kehilangan tidak pernah menjadi mudah, apalagi dalam kasus ini.

Terlepas dari salahnya siapa, memang ada baiknya berhati-hati dalam menggunakan jalan umum. Bukan hanya sekadar hati-hati akan diri tapi juga waspada akan sekitar. Ketika kita sudah berada di jalur yang benar dengan kecepatan yang aman pun belum tentu membuat kita selamat karena mungkin saja pengguna jalan lain yang lagi ngawur. Nah apalagi kalau kita sudah nggak benar. Kemungkinan dijerat bahaya akan menjadi berlipat ganda. 

Nggak sekali gue ngeliat kecelakaan di jalan, kalian pun mungkin gitu. Dan setiap ngeliat itu perasaan gue nyesss. Gue nggak akan pernah siap kalau itu terjadi buat gue. Entah sebagai yang kecelakaan atau sebagai yang ditinggalkan. Setiap abis ngeliat gitu juga gue akan menjadi lebih baik di rumah (hahahhaa ini manusiawi dong, kalau udah takut sesuatu yang buruk terjadi baru deh baik-baik). 

Tulisan ini cuma buat ngebagi rasa dan pengalaman. Mungkin juga bisa jadi cermin bahwa menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain sudah layak jadi kewajiban. Kalau kita nggak ingin kehilangan, orang lain juga pasti begitu kan? Sebisa mungkin hindari diri jadi korban atau pelaku. Keduanya sama-sama berada di keadaan yang buruk. Lebih baik menjaga dan mengantisipasi daripada mengobati kan? :)