" Three words I can sum up everything I've learned about life: it goes on. " Robert Frost

Sunday, March 30, 2014

Satu Langkah Untuk Masa Depan (Lingkungan) Hari Ini

Tinggal di daerah yang sedang dalam masa pembangunan jelas menjadikan gue seolah kehilangan hak untuk terhindar dari debu jalanan yang kotor pengganti oksigen bersih yang seharusnya gue dan semua warga di sekitar sini layak dapatkan.

Lantas apa yang bisa gue lakukan, jika hari ini ketika gue keluar rumah dan menggenggam sebotol minuman dingin, seketika itu juga ia berubah warna. Terselimuti oleh  lapisan cairan berwarna kecoklatan. Mau bilang apa lagi, itu debu jalanan yang tidak terlihat tapi ternyata berjejak. Bayangkan aja itu mungkin yang mengendap di paru-paru gue dan perlu dicatat, itu tidak hanya sekali terjadi, tapi terus menerus, setiap harinya.

Lingkungan gue nggak sepenuhnya parah, rumah gue masih dikelilingi oleh pepohonan rindang yang mencipta bulir embun dan udara sejuk di pagi dan sore hari. Tapi melangkah sejejak dari pintu komplek, kenyataan bahwa lingkungan semakin terkoyak kekejaman manusia terpampang nyata dan tidak terhindar.

Tidak ada yang lebih baik mungkin, daerah lain yang penuh sampah atau daerah gue yang penuh debu dan polusi. Tapi paling tidak yang gue sadari, warga sekitar rumah gue cukup sadar menjaga lingkungan dengan tidak adanya sampah yang berserakan di sepanjang jalan. Sayangnya, pembangunan yang sedang gencarnya, tidak serta merta menyelamatkan kami untuk mendapat udara segar.

Gue atau warga lain lantas bisa apa? Kami tinggal di perumahan, pembangunan entah itu perumahan, ruko atau pusat hiburan tidak terhindarkan. Truk lalu lalang di jalan raya utama. 

Melindungi pohon yang tersisa mungkin salah satu upaya melindungi hak kami sendiri. Membiarkan taman kota menjadi hidup dengan berkunjung pada akhir pekan, menyediakan waktu dan kesediaan menutup jalan untuk car free day selama beberapa jam di akhir pekan atau turut berpartisipasi mengikuti program tanam pohon di sekitar tempat pembangunan, menjadi langkah untuk paling tidak memberi ruang bagi lingkungan untuk terus hidup dan berkembang sebagaimana mestinya.

Gue sendiri layaknya kebanyakan orang saat ini, cukup sadar untuk  menggunakan plastik saat berbelanja seminim mungkin. Menghemat penggunaan listrik dan air di rumah. Mengingatkan orang rumah untuk paling tidak menggunakan seperlunya.

Tentunya berpartisipasi mengikuti acara-acara yang mendukung pelestarian lingkungan. Sebut saja hingga hari ini gue sudah ikut menanam tiga pohon dari acara-acara yang diadakan di sekitar rumah dan menyempatkan menulis kisah gue di blog hari ini. Walaupun bisa gue bilang, gue bukan penggiat lingkungan atau aktivis yang bersuara keras untuk melestarikannya.

Berbicara mengenai aksi lingkungan, gue dan teman-teman di kampus pernah menggagas kegiatan bertajuk Fun Bike yang diadakan Desember 2011 silam. Saat itu kami mampu mengumpulkan warga sekitar untuk bersama-sama menghabiskan waktu diakhir pekan untuk bersepeda. Tidak sesulit yang dibayangkan, banyak masyarakat saat ini sudah memiliki kesadaran lebih untuk menjaga lingkungannya dengan cara yang menyenangkan.

Sumber Foto : Facebook BEM UMN

Sumber Foto : Aisya Putrianti


Begitu juga dengan ketika gue mengikuti sebuah acara di Bali dan berkesempatan mengelilingi Gianyar Bali dengan menggunakan sepeda. Cara lain menikmati keindahan Bali dengan bersepeda tentu bisa menjadi pilihan selain bersantai di pantai dan keliling kota dengan mobil atau motor sewaan kan?

Sumber Foto : Microsoft Indonesia


Pernah juga suatu kali saat diwajibkan membuat tugas untuk mata kuliah videografi, gue dan teman-teman memilih mengangkat tema tentang kepedulian lingkungan lewat penghematan penggunaan kertas. Tentu ini cara lain bagi gue dan teman-teman untuk bersuara, tidak hanya lewat kata-kata dan tindakan, tapi lewat ajakan visual yang mungkin lebih menarik bagi sebagai orang.

Sumber Foto : Dokumentasi Pribadi


Jadi, setelah melakukan tindakan kecil untuk lingkungan dengan cara menyenangkan versi gue, membuat acara bertema lingkungan dan membuat video bertajuk lingkungan, kali ini medium tulis menulis menjadi pilihan lain bersuara akan lingkungan. Tulisan di blog ini menjadi perwakilan apa yang pantas disuarakan. 

Tapi gue percaya, apa yang gue lakukan, sekecil apapun itu akan memberikan dampak. Tidak ada sumbangsih yang sia-sia. Lantas, mengapa menunggu orang lain tergerak sebelum memberi contohnya terlebih dahulu. Aksi sekecil apapun akan membawa pengaruh yang nyata dari hanya sekadar kata lantang yang menggebu tanpa memberi ruang untuk bertindak.

Dengan catatan, bahwa apa yang dilakukan oleh warga tidak akan mampu berjalan seutuhnya tanpa dukungan dari kebijakan yang dibuat oleh pemerintah. Kebijakan itu yang nantinya akan memperkuat dan menjadi landasan tindakan yang mampu menjaga lingkungan sekitar.

Melihat apa yang terbentang di masa yang akan datang, pemilu legislatif dan pemilihan umum presiden 2014 sudah semakin di depan mata. Harapan yang baik tentu digantungkan pada pundak calon pemimpin dan pengambil kebijakan bangsa ini.

Sumber Foto : www.elshinta.com


Meski kini organisasi-organisasi salah satunya World Wide Fun for Nature (WWF) telah banyak bertindak dan bersuara, adanya kebijakan dan undang-undang salah satunya Undang-Undang No.32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan kesadaran yang aktif dari warga akan menyelamatkan lingkungan kita yang semakin rusak. Tidak dipungkiri, peran aktif dan kepedulian pemerintah dan wakil rakyat menjadi kunci aman tindakan ini.

Lihat saja bagaimana pemerintah tidak mampu bersikap tegas dengan pembangunan yang ada. Sebut saja daerah rumah gue, Tangerang Selatan yang sedang gencar-gencarnya dibangun. Lingkungan yang tadinya hijau dan rindang perlahan terkikis. Jangan lupa, sehijau, serindang dan seasri apapun suatu lingkungan, jika terus menerus digerus alamnya, lingkungan jelas tidak akan bertahan.

Ini mungkin memang lingkungan yang dibuat untuk perumahan dan bisnis tapi tidak kah ada sedikit kebijakan yang bisa memberi ruang bagi lingkungan untuk tetap tinggal? Mengapa seolah pemerintah tutup mata dan membiarkan ini terus berkelanjutan.

Sumber Foto : www.tempo.co


Mungkin kebijakan yang sudah pernah diambil oleh pemerintahan yang lalu lantas tidak bisa dibatalkan sepihak atau pembangunan yang sudah ada dan berjalan tidak bisa dibinasakan begitu saja. Tapi pasti ada kesempatan untuk menghentikannya sesegera mungkin. Paling tidak, ke depannya tidak ada lagi kebijakan yang berat sebelah. Yang meminorkan lingkungan dan mengagungkan kepentingan bisnis dan uang semata.

Karena pembangunan dan keuntungan dibaliknya tidak akan mencapai batas kepuasan siapapun tapi lingkungan dan keberlanjutannya masih harus diperjuangkan, ia tidak lantas bisa tumbuh begitu saja. Ada ruang yang harus diberi, ada upaya yang harus dilakukan dan ada kesadaran untuk membiarkannya lestari.

Pemerintah mestinya berpihak pada rakyat. Lagipula, ia juga salah satu warga, manusia, makhluk hidup yang butuh udara bersih. Tinggal di lingkungan yang rusak karena keserakahan tidak lantas menyengsarakan kesehatan warga tapi juga dirinya.

Ketika wakil rakyat terpilih lantas lupa kebutuhan dirinya sendiri untuk melindungi lingkungan, akibat termakan buaian keuntungan uang semata, lalu apa yang dapat kita harapkan dari pilihannya bagi kebijakan lain untuk rakyatnya? Bukan kah dia sudah terlebih dahulu gagal menyelamatkan hidupnya, bagaimana lagi dia mampu menyelamatkan rakyatnya.

Harapan itu masih tinggi. Karena bagi gue, tidak ada yang tidak bisa diselamatkan. Menanam pohon sekarang, mengistirahatkan mobil dan mengajak kaki melangkah pagi ini, mengatakan tidak pada plastik belanja siang ini, menghemat air mandi sore ini dan mematikan listrik malam ini, pantas dibiasakan sebagai bentuk lain terima kasih kepada lingkungan yang terus melindungi gue dan tentunya gue butuhkan. Bukan kah saling mengerti dan memahami yang bisa membuat kita terus hidup berdampingan? Gue dan lingkungan pun berusaha berjalan selaras dan bersisian, agar mampu hidup bersama dalam waktu yang lama.

Tulisan ini diikut sertakan dalam Lomba #IngatLingkungan WWF Indonesia dan BlogDetik

Monday, March 10, 2014

Gaya Hidup Sehat -- Gaya Hidup Bahagia

Tulisan ini mungkin saja akan menyindir bagi sebagian pihak, bisa juga diamini oleh pihak lainnya. Jadi ya memang begitu namanya tulisan layaknya bagian dari opini yang tidak selamanya beriring pro maka biarkan saja gue berkisah..

Jadi melihat pada fenomena masyarakat urban saat ini. Gaya hidup sehat menjadi arus besar yang sulit ditentang, menyeret siapa saja ke dalam pusarannya. Gue tidak menyempitkan pandangan gaya hidup sehat ini hanya pada satu atau dua kegiatan saja. Tapi at all, you named it, lari, detox, yoga, dan persekutuannya.

Gue nggak menyalahkan kegiatan kaum urban yang sejujurnya memang bermanfaat baik itu. Tapi sayangnya, saat ini banyak orang kehilangan arahnya, yang pasti gue melihat arus yang massive. Berkoar di sepenjuru sosial media dimana pun gue log in.

Beberapa melakukannya dengan baik dan manis, kalem dan tidak over acting. Sisanya, pamer sana sini tanpa terlihat jelas hasilnya.

Gue yang nggak terlibat, ya agak muak sih. Cuma lebih wise lah mungkin, gue nggak ngelarang siapapun punya gaya hidup apapun. Tapi bukan berarti mencela atau nyinyir sama gaya hidup orang lain yang masuk kategori hidup tidak sehat versi dia kan.

For me, life is simple as, lo seneng dan bahagia ngejalaninnya. Named it, indomie, rokok, junk food, soda, makanan padang, apapun itu selagi buat lo senang dan gak berlebihan ya jalanin lah. Toh hidup cuma sekali, kata anak sekarang, YOLO. Nggak ada yang salah dengan menjadi bahagia apapun caranya (in a good ways).

Kalau kalian si gaya hidup sehat punya jus berisi campuran buah-buahan kenapa kami si gaya hidup bahagia ini nggak boleh punya indomie rebus pake cabe ijo, ya kan? Hidup itu pilihan. Intinya ya saling menghargai. Mengingatkan boleh tapi bukan berarti menggurui.

Siapa sih yang gak mau hidup sehat dan longlast tanpa penyakit? Tapi siapa juga yang bisa mendustai nikmat gorengan? Daripada sekadar mengikuti gaya hidup orang kebanyakan, disiksa dengan membeli peralatan untuk "sehat", dikejar banyak target untuk "ideal", kenapa tidak bersantai, minum kopi, ngemil kue dan sepiring kentang goreng lalu bercerita kepada sahabat bahwa hidup itu indah dengan pilihan yang kita jalani. 

Kamu, dia atau kalian punya pilihan, kita bisa berjalan bersama karena saling menghargai dan mengisi. Bukan karena saling menghardik dan menyinyir. Makhluk sosial nggak capek hidup sendiri karena mau dibilang keren doang? Come on, we only live once dear fellas..