" Three words I can sum up everything I've learned about life: it goes on. " Robert Frost

Thursday, July 10, 2014

Return from nowhere

Menulis lagi setelah dua bulan. Cukup lama, malah sangat lama. Gue bukan berhenti mengerjakan kegiatan pemberi semangat ini. Hanya saja, seolah kemampuan ini diremuk redam oleh kesantaian yang melewati batas. Berkali-kali gue berhadapan dengan laptop dan kertas, berkali-kali juga gue menemukan kebuntuan, tanpa jangan kan sebaris kalimat, sepenggal kata pun gagal hadir.

Beberapa hal membuat gue meragukan kemampuan gue menulis. Kebimbangan itu terus hidup dan perlahan semakin menjalar, mengakar kuat, menjadikan gue tertutupi oleh akal yang membusuk. Hal-hal remeh seperti pertanyaan saat wawancara kerja "kamu lebih suka menulis di bidang apa?" ternyata tidak seremeh itu, gue terpaku, karena sejujurnya sampai sekarang gue belum tau tulisan seperti apa yang gue banget, yang mampu membuat gue merasa lebih dan memang mumpuni di bidang itu. Entah teman-teman yang lain merasakan atau tidak, tapi yang jelas pertanyaan itu sempat mengusik. Dan setiap pertanyaan itu muncul gue hanya mampu menjawab "Apa aja mba/mas, belum ketemu yang pas banget," What a shame!

Belum lagi beberapa lomba menulis yang gue ikuti tidak menghasilkan apa-apa. Perasaan tidak mampu bahkan menulis di bidang fiksi yang gue rasa kelebihan, pun memuncak. Padahal ya namanya perlombaan tidak semua bisa jadi pemenang kan. Tapi mungkin karena didorong minimnya kegiatan (saat itu menunggu wisuda, sudah selesai magang dan skripsi serta belum mendapat pekerjaan) maka pikiran negatif dengan mudahnya menyusup.

Hingga berujung pada minimnya usaha dan niat untuk menulis (bayangkan, sejak kapan menulis membutuhkan niat dan usaha sebesar itu, jika selama ini kegiatan itu selalu menyenangkan). Sampai akhirnya malam ini, gue buka lagi blog ini, dan gue sadari 2 bulan bukan waktu yang sebentar untuk lari yang sayangnya tidak membawa gue kemana-mana selain perasaan tidak menentu.

Tapi malam ini entah siapa yang menggerakkan, gue log in blog lagi, gue baca-baca postingan lain di home dan gue menemukan satu komen tertinggal di post cerpen gue terakhir. Erika, muncul lagi (she's just too supportive for me, because she left some comments on my mostly post) setelah sekian lama postingan gue sepi pendapat Erika, mendadak dia muncul lagi. 

Kalau saja kadang perasaan tidak melampaui besarnya daya intrepretatif kata-kata gue mungkin udah menuliskan sepanjang mungkin perasaan meledak ini. Erika menulis komen yang simple, tapi dia membuat gue tau, bahwa tulisan itu tidak butuh pembenaran untuk berada di sana. Tidak butuh niat menggebu dan keinginan unggul dari yang lain. Dia hadir karena memang dia tersusun rapi dari apa yang seharusnya disampaikan. 

Perasaan ketidakmampuan menulis bagus adalah perasaan yang buruk jika kalian seperti gue, yang bangga menulis. Komen Erika yang bilang "Nami banget" seolah menyadarkan gue, bahwa gue tidak harus memenangkan setiap lomba untuk bisa menulis, tidak harus mampu menjawab apa bidang yang paling pas untuk gue tulis, tidak perlu membiarkan kejemuan mengahalangi setiap asa untuk menulis yang menggebu.

Karena mungkin gue tidak bisa menyampaikan sulitnya perasaan tidak menulis ini pada siapapun tapi Erika secara tidak langsung seolah mengerti dan menyentuh titik yang benar :')


PS : I don't know what Erika has do lately, but if it's about take her to London and make her big dreams come true, I wish she got the prize and do "our-different-place" dream soon because she deserve every piece of it!!! And thanks for always remember how we have same dream in different place, Er! :)