" Three words I can sum up everything I've learned about life: it goes on. " Robert Frost

Friday, April 26, 2013

Biar Aku Menjadi Kita

Sudah lama aku tidak berhenti. Sekadar untuk melihat sejauh apa langit masih memayungiku. Lalu aku tersadar bahwa tidak pernah sejenak pun langit akan ingkar. Kemudian aku terus berjalan, melupakan sekitar. Sibuk dengan aku dan segala ke-aku-an, melupa bahwa aku hidup dalam sisian dengan mereka yang turut bernyawa.

Mungkin aku sama dengan mereka. Hidup berdampingan karena merasa butuh sesuatu dari kebersamaan itu. Lupa bahwa ada rasa yang turut hidup bersama. Tidak mungkin rasanya pantas mendahulukan kesibukan rasa pribadi dalam kebersamaan yang dikayuh. Ini bukan sekadar rasa saling memenuhi kebutuhan pribadi agar mampu terus berjalan. Namun ini rasa lain bahwa ada kebersamaan yang perlu dijaga. Ada cerita indah yang pantas diperjuangkan dari hanya menyerah pada keegoisan.

Lalu, kenapa kita berhenti pada rasa ingin memenangkan aku tanpa ingat bahwa ada kita disana. Siapa yang egois? Tidak perlu melontarkan pertanyaan itu, begitu ini menggoyahkan kita maka kita lah yang egois. Sedangkal itu kita memperjuangkan ini, sesederhana itu kita mengartikan jejakan langkah yang kita cipta bersama. Tidak pantas rasanya kita bangga akan hari lalu kalau hari ini saja kita tak mampu mempertahankannya.

Bersama bukan hanya sekadar seberapa bahagia kita saat itu, seberapa banyak cerita yang sudah kita tulis tapi sejauh apa kita mampu menjadi KITA tanpa goyah layaknya dedaunan yang tertiup hembusan angin. Sejauh apa seharusnya kita bertahan. Karena percayalah, terlalu banyak yang dikorbankan oleh aku bagi kita.

Biar aku merefleksi perjalanan ini sambil berharap kamu dan kita disana pun melakukan hal yang sama. Tidak lagi demi ke-aku-an tapi demi kita. 

Friday, April 5, 2013

...

Aku tak biasa berteriak lantang
Ingkar bukan jalanku
Hanya nestapa mengekor kata yang tertuang
Maka bungkam pilihanku

Kala waktu mengizinkan kita bersama
Aku bertanya pada hari seperti apa seharusnya kita melangkah
Ketika aku membiarkan kamu menyusupi setiap ruang dalam jiwa
Aku bertanya pada kamu sejauh apa kita akan mengayuh

Thursday, April 4, 2013

Mestinya Kita Sadar

Langkah ini menjejak setiap permukaan yang terhampar luas
Hati ini terus mencari hangat yang sudah lama tak singgah 
Aku begitu hanyut dalam sepi yang terus meranggas
Kamu semakin tak terlihat mencipta jengah

Jika dulu langkah kita menyatu dalam harmoni
Kini aku dan kamu seolah terjerat tirani
Terkungkung hampa dalam senyap yang menusuk
Lupa bahwa ada percik api yang siap menyusup

Kita tak semestinya bergandengan dalam luka
Tak pantas juga mengagungkan bahagia yang semakin fana
Aku dan kamu sudah memang berakhir
Tak harusnya dipaksa terus mengukir 


Biar Aku Begini Dengan Kamu

Aku punya seribu kisah entah siap ku bagi entah tidak. Namun bagiku kesadaran akan kamu semakin hari semakin siap. Aku semakin tidak ingin membagi kamu dengan siapapun termasuk dengan waktu.

Seketika aku bimbang, siapa aku yang mampu menistakan waktu dan menyingkirkan berpuluh manusia lainnya untuk menguasai kamu seorang. Apa aku bagi kamu?

Lalu sesaat lainnya aku sadar ini tahap lain dari kecanduan detik yang terlalui dalam kebersamaan entah diam entah tawa. Aku hanya tau, aku ingin setiap saatnya berlalu dengan kamu di sisi.

Aku sosok yang egois dengan apa yang sangat aku inginkan. Jangan percaya aku yang berkata baik saja, karena aku tak pernah baik dengan kata baik saja.

Begitu juga jangan percaya dengan apa yang kau lihat kini, aku tak setenang itu, dada ini bergemuruh, mata ini memuja, mulut ini memuji, aku mengagumi mu, setiap senti kamu yang berwujud, setiap jengkal kamu yang berlaku.

Biar aku mendamba dalam diam, dalam sorot yang hangat, dalam kehadiran yang semakin tinggi frekuensinya. Aku hanya sedang ingin menikmati bukan diburu.