" Three words I can sum up everything I've learned about life: it goes on. " Robert Frost

Thursday, December 15, 2011

Latihan dikala pelatihan English Journalism

Salah satu latihan buat feature yang gue ikutin waktu pelatihan English Journalism di kampus oleh Jakarta Post. Maafkan kalau terdapat tata bahasa atau bahasa inggris yang sangat kacau. Ini latihan awal :) Enjoy reading !

The one who stand next to you

You can get a thousand friend but only few will stay and become your great one. So, have you ever have a friend that stand by you in any condition of your life? The one who will tell you the truth even it hurts? The one who will sacrifice her/his time just to make you happy?

Yes I have one. It was the first day of my senior high school year started. He is one of my classmate but he stands out because he speak what he thought. Tell the truth and never being nice just to make other happy. Sarcastic. One word that describe him best. But as time goes by, we become a great friend until now. He is the one who will stand by my back to keep me stronger every single day. His name is Ahmad Gibran.

"You just need to use your brain and make it functional by using and filling it with all the knowledge that you can get. Just don't be stupid one." One of his signature words. Sometimes it will hurt your heart if you don't know him well. He is one of the greatest friend I've ever had. The one who tells the truth and speak louder for something which he really believe.

Like any other friendship in the world, I've been through all those fight and tears. He is a friend who will tell the truth even it hurts me deep. If there's a friend who always tells you a good thing than he's not that type. The bad is the bad, he will never change the bad to good just to make you happy even the tears come up.

But his never ending support really means a lot to me. One of the example when I'm in the situation that no one can ever imagine, when others just come and go or just say feel sorry, he spend all his time only to sit next to me and hear all the pain. He don't play with other friends on the break time just to take care of me. It takes couple of month on that situation. And he never bored. One of the sacrifice that I can't pay with everything in my whole life.

He is the one who always be my reminder to keep me on track for being the journalist. I don't like reading the newspaper until he makes me realize that you've nothing inside when you don't have any information about what's happen now. I always said that someday I want to be a journalist and he said "You can't be a journalist if you don't take any information around you. Just read the newspaper, watch the TV and open your eyes to every single thing that happen around you." I will never ever forget about it.

So many stories, so many tears and laugh. After all the years that we've been through I know the time will make our friendship stronger. So if you have one beside you now, just keep them forever whatever it takes. Because a great friend like that won't come twice in a life !!

Wednesday, December 14, 2011

They called VALERIUS

Semula ketertarikan sama band asal Belanda ini akibat terlalu sering denger potongan lagunya di iklan Java Soulnation. Potongan lagu yang akhirnya gue tau bahwa itu judulnya She doesn't know semakin sering berulang secara tidak sengaja berkali-kali didalam pikiran. Jadi semacam candu yang buat gue nunggu-nunggu banget iklan itu diputer (agak bodoh sih,dimana zaman makin canggih tinggal download, lah gue nunggu iklan diputer) Akhirnya karena gregetan sendiri gue download juga.

Setelah itu gue merasa tertarik sama band yang satu ini. Suaranya sih menurut gue menenangkan. Nah bagi gue sendiri ada beberapa lagu yang begitu kita denger akan memberi efek tenang sekalipun lagu itu bukan lagu yang slow. Nah salah satunya ya She doesn't know itu. Mulai kan mencari tau, apa dan siapa itu Valerius. Sumber utama jelas wikipedia sama myspace. Baru lah dari sana gue ketahui nama-nama personel dan beberapa lagunya yang nyangkut di hati. Sekilas infonya :

  • Jesse Nambiar (vokal/gitar)
  • Kay Nambiar (vokal/gitar)
  • Xander Vrienten (bass)(Sinds 2010)
  • Georgy Patrick (drum)
  • Jelte Tuinstra (piano)
Terus beberapa lagunya yang nyangkut di hati :
1. She doesn't know
2. You say when
3. Green light

Mungkin gue telat nyadar, mungkin diluar sana fans valerius udah bertumpuk. Tapi buat gue Valerius adalah harta karun yang baru ditemukan. Pelepas dahaga dari lagu-lagu yang biasa gue dengarkan.

Sekedar hanya ingin berbagi dan bercerita. Enjoy reading :)

Tuesday, December 13, 2011

Malam minggu di ANTARA

Malam minggu yang lalu gue habiskan berempat bareng temen gue (Tita,Yosi dan Emir). Kita pergi dan menghabiskan malam di kantor berita ANTARA yang kebetulan waktu itu masih dalam rangkaian acara "Pembunuhan Politik Internasional".


Pas kita datang sore nya lagi ada diskusi tentang Pers dan HAM. Diskusi dilakukan oleh 1 orang moderator (Bob Priyambodo) dan dua pembicara sebagai narasumber yaitu Bpk. Atmakusumah Astraatmadja (Wartawan Senior yang pernah kerja di Indonesia Raya dan Kompas) dan Yosep Stanley Adi Prasetyo (Wakil Ketua Komnas HAM). Acara nya dimulai dari jam 15-00 sampai 18.00 tanggal 10 Desember 2011 di Neo Journalism Club nya ANTARA.


Dari diskusi yang waktu itu gue cuma pendengar pasif tanpa melakukan tanya jawab, hanya mendengarkan secara seksama doang, gue menilai kebebasan pers di Indonesia masih setengah-setengah, pasang surut, gak se wah yang digembar gemborkan oleh banyak pihak saat ini. Perjuangan untuk mencapai kebebasan pers itu sendiri gak mudah, banyak perjuangan dan hal yang dilalui barulah kita bisa sampai di titik ini sekarang. Kenapa gue bisa bilang pasang surut, Pak Atma selaku pembicara menyampaikan hasil survei kebebasan pers di dunia dan Indonesia terlihat sangat naik turun, pada awal hasil itu ada Indonesia berada di peringkat 57 begitu baik bagi kita saat itu. Lalu turun drastis hingga ke angka 111, lalu hingga kini Indonesia hanya mampu naik turun di peringkat 100-111 tanpa banyak perubahan berarti.


Tapi pak Atma sendiri adalah orang yang optimis bahwa pers dan jurnalis di Indonesia dapat dipercaya dan dipegang kata-katanya. Mereka telah melakukan hal dan berada pada track yang benar. Objektivitas dan transparansi nya dapat dipercaya. Mereka masih Serve the Public Trust. Bahwa tidak ada seorang ataupun suatu organisasi/perusahaan manapun yang mampu men-drive kejujuran dan kebenaran isi berita yang dimiliki jurnalis Indonesia. (suatu hal yang melegakan ketika banyak kesimpangsiuran mengenai komersialitas media massa yang terjadi saat ini, walaupun mungkin aja ini keoptimisan seorang Pak Atma, tapi paling tidak ini menenangkan)


Lalu acara pun berlanjut, yang maaf gue lupa banget namanya ini Papuan Insight atau Papuan Night, at least yang pasti acara ini mengenai Orang Papua,Oleh Papua dan Untuk Papua. Acaranya sendiri mulai pada pukul 18.30 masih ditempat yang sama. Suasana Neo Journalism Club menjadi lebih temaram dan homey (menurut gue). Rangkaian acaranya sendiri ada pemutaran film, diskusi, pertunjukan teater oleh mahasiswa/i Papua dan live music reggae.


Menyenangkan ada disana, ditengah-tengah orang yang masih peduli dengan keadaan Indonesia saat ini. Didalam film-film itu terlihat jelas bagaimana mereka kembali di jajah yang jelas itu merupakan tanah mereka, tempat mereka tinggal, hidup dan tumbuh. Mereka kehilangan apa yang menjadi haknya tanpa penjelasan , bukankah itu dijajah? Padahal soekarno pernah berkata "Sekarang kita merdeka, 6 bulan kita merdeka, kita merdeka selamanya" Tapi nyatanya apa yang terjadi sekarang di Papua adalah kenyataan pahit buat bangsa Indonesia.


Lalu menurut gue hal ini yang paling ngena, salah satu dialog yang ada pas teater "Apa salah kalau aku memiliki kulit yang lebih hitam?salah kalau aku berambut keriting?Apa salahku kalau aku lahir ditengah-tengah mereka dan menjadi mereka?" Miris. Padahal mestinya kita bangsa yang besar jangan sampai ada salah satu dari bagian bangsa ini yang merasa terkucil, merasa hina atau kurang dibanding yang lainnya. Kita satu, Kita Bangsa Indonesia, tidak ada satu yang lebih baik dari yang lain, kita sama.


Ketika pernyataan itu keluar, berarti itu yang mereka rasakan, ya kan? Apa yang menjadi kecemasan seseorang yang tertuang lewat kata adalah bukti nyata dari perasaan yang mereka miliki. Sedih. Seharusnya kita tidak pernah membedakan. Saling merangkul satu dengan yang lainnya, bukan berjalan sendiri dan saling mencela.


Masih banyak yang mengganjal dan ingin gue tulis, tapi nanti dalam tulisan yang lain. Intinya gue merasa sangat beruntung bisa ke ANTARA malam itu. Begitu banyak pelajaran yang bisa gue ambil. Mungkin mestinya lebih banyak anak muda zaman sekarang yang ikut kegiatan kaya gitu, karena kita kan calon pemimpin bangsa?


Enjoy your day :)

Friday, December 9, 2011

Komunikasi

Gue kuliah di jurusan ilmu komunikasi. Entah kenapa juga akhir-akhir ini gue jadi lebih sering merasakan makna dari komunikasi itu sendiri. Mungkin karena sedikit banyak terpengaruh sama teori yang gue dapat dikelas hampir 2 tahun ini atau mungkin juga karena pengertian gue yang bertambah makanya gue merasakan makna lebihnya.

Sebenernya dimulai dari perasaan sederhana ketika temen yang dulu deket banget aja, karena komunikasi dan intensitas bertemu yang semakin berkurang mengakibatkan obrolan terasa sedikit kaku atau malah jadi biasa aja. Tapi begitu uda sering bareng lagi,komunikasi juga lancar, hubungan itu pun kembali erat. Dalam hubungan sama pacar juga kita kan, kalau uda mulai jarang komunikasi, rasa percaya terkikis, lama-lama ya hubungan akan jadi garing, berakhirlah itu.

Terus kalau sama orang yang baru kita kenal nih, terus sering bareng baik secara disengaja kaya emang janjian atau sekelas maupun secara ga sengaja kaya ternyata temen deket kita main sama dia, tapi karena intensitas yang sering dan komunikasi yang lancar, lama-lama dia jadi orang yang dekat dengan kita secara ga disadari. Semua itu mengalir gitu aja.

Lalu gue pun berfikir, bahwa sesuatu itu bermula dengan komunikasi dan ketika komunikasi itu selesai atau perlahan hilang, sesuatu yang kita mulai itu pun akan berakhir seiring dengan waktu. Kenapa bisa gitu? Contohnya aja, kita kenalan sama seseorang, proses kenalan aja udah termasuk kedalam proses komunikasi kan? dimana terjadi interaksi diantara dua orang yang tadinya tidak saling mengenal yang lalu kemudian saling bertukar informasi hingga keduanya saling mengenal.Lalu dengan adanya perkenalan tersebut lama-lama akan sering terjadi komunikasi, menjadi dekat hingga disatu titik terkadang waktu memberi jarak, ketika kita tidak mampu untuk mempertahankan komunikasi tersebut hubungan yang sempat berjalan sangat erat itu pun perlahan akan berjarak dan terkadang hilang.

Tapi yang namanya manusia kan? Mana mungkin sih berhenti berkomunikasi. Ketika suatu komunikasi dengan seseorang telah berangsur hilang itu menandakan bahwa kita sedang begitu dekat atau sedang membangun komunikasi yang lebih dalam dengan orang yang lain. Cuma gue kadang kurang setuju dengan itu. kalau kita bisa mempertahankan komunikasi yang baik dengan banyak orang kenapa kita harus mengurangi salah satu untuk dapat lebih dekat dengan yang lain?

Sama dengan ketika kita memiliki yang baru apa yang lama harus dilupain? Gak kan? apalagi dizaman sekarang yang serba instan dalam hitungan detik. Mestinya ruang,jarak dan waktu bukan lagi halangan untuk hal komunikasi. Kenapa gak manfaatin aja media yang ada? Aplikasi yang bertebaran disekitar kita? Toh semua memudahkan kegiatan dan memenuhi kebutuhan kita. Jadi kalau sekarang alasan rusaknya suatu hubungan (baik sama pacar apalagi sama temen deket) cuma karena komunikasi itu sih munafik. Yang bener cuma ga mau ada usaha aja untuk itu.

Thursday, December 8, 2011

Bermula,berjalan dan berakhir

Berdoa itu bisa kapan aja dan dimana aja ditambah buat gue yang paling penting ya selesai sholat. Tapi, selain itu gue sendiri adalah orang yang sering make a wish di moment tertentu. Seperti make a wish pas taun baru dengan memejamkan mata (00.00 tgl 1 Januari tiap taunnya) dan pas ulang tahun.

Didalam kemacetan lampu merah disuatu malam di pondok indah, tiba-tiba pikiran ini terlintas dan membuat gue sedikit tersadar. Ditemani alunan suara Carpenter- Close to you, gue pun seperti terlempar di suatu waktu di masa lalu.

Akan terdengar sedikit klise atau bahkan mungkin sebagian yang baca akan merasa sedikit tidak percaya. Tapi entah ini benar atau hanya kebetulan, gue ingin sedikit berbagi.

Jadi, dulu gue punya pacar yang udah bareng 5tahun. Dalam setiap tahunnya gue selalu make a wish (mau pas ulang tahun ataupun pas tahun baruan) biar gue selalu bisa bareng dan tetap begini, baik-baik aja sama dia. Lalu gue pun inget, tahun lalu, gue lupa "meminta" hal itu, yang selama ini ga pernah lewat dari list yang selalu gue minta tiap tahunnya. Pas sadar ini gue pun terhenyak,lalai, entah karena terlalu kepedean terlalu yakin akan baik-baik aja atau malah waktu itu wish itu sudah mulai sedikit tersisih dan kurang penting. Entah lah, gue sendiri lupa perasaan gue saat itu. Yang pasti itu terlewatkan.

Lalu, tahun ini, di bulan yang sama ketika hubungan itu dimulai, hubungan itu pun berakhir. Kita udahan, baik-baik sih (hahahahhhahaa gue inget kata-kata dia sebelum kita memutuskan itu yang terbaik buat kita berdua : "Kalau putus baik-baik ngapain putus ya? Mana ada sih putus baik-baik. Kita lucu") tapi ya begitu adanya, kita putus dan keep contact as a bestfriend. Walau pasti keadaan udah ga sama.

Anw, percaya ga percaya hal itu terjadi, dengan lenyapnya wish itu,lenyap juga kebersamaan itu. Saat gue nulis ini, dengan penuh kesadara, perasaan menyesal pun begitu membuncah. Dulu waktu masih bareng, dia perlahan tapi pasti tersisih dengan gue yang semakin jauh masuk ke kehidupan kampus, meninggalkan dia, kemudian pas gue sadar dan berbalik, cuma punggungnya yang terlihat, karena dia udah berbalik. Sekarang gue baru merasakannya. Disaat dia masih sering nunggu dan sabar dengan kegiatan dan gue sering batalan janji, skrg gue yang merindukan kesabaran dan penantian itu. Gue ga bohong bahwa gue sedang menanti. Tapi dimana-mana penyesalan selalu datang belakangan kan?

Gue percaya banget kata-kata ini : " Kita akan merasa artinya seseorang dalam hidup kita setelah dia berbalik dan bukan lagi menjadi milik kita ". Tapi ini hidup, dimana ada permulaan disana akan ada akhir. Sama seperti menulis. Setiap tulisan selalu dimulai dengan pembukaan dan diakhiri dengan penutupan lalu tinggal kita bagaimana mengambil kesimpulan dari itu. Hidup juga gitu, yang bertemu ditakdirkan untuk berpisah pada ujungnya. Hidup itu tentang memulai,menjalani dan mengakhiri. Semua akan mengalir sebagaimana mestinya, akan selalu ada proses didalamnya. Seberat apapun itu, toh akhirnya waktu akan terus berputar dan kita akan terbiasa dengan itu.

Gak perlu berusaha terlalu kuat untuk melupakan karena semakin diusahakan untuk melupakan hal itu akan menjadi semakin hidup. Biarkan semua mengalir. Dan ketika kita siap, sesuatu telah menunggu di masa depan :)

Salam kenal :)

"Pernah ketemu sama seseorang terus kemudian merasakan kenyamanan atau paling gak perasaan unik yang kadang sedikit memberi inspirasi?"

Kalau belum, ini sedikit gambarannya. Gue merasakannya seminggu yang lalu. Kenalan sama temennya temen gue. Perempuan batak, cantik, sedikit ceriwis tapi menyenangkan. Namanya Anggie Simangunsong. Waktu itu hari Senin,5 Desember 2011.

Ketemu dia sebenernya buat tugas, pengen ngehidupin karakter untuk tugas novel creative writing. Jadi menggunakan perasaan dia untuk dimasukkan ke perasaan karakter novel itu. Tapi tidak disangka, dia jadi inspirasi buat ngebentuk karakter itu jadi lebih hidup.

Kembali ke topik, pertama dikenalin dia langsung memberikan senyum yang lebar mungkin bisa dibilang tertawa renyah. Terlihat sangat bersahabat, welcome, dan membuka pertemuan dengan bertanya mengenai novel gue (buat gue itu menunjukkan kepedulian) lalu perasaan khawatir yang sempat terbersit waktu mau ketemu dia (wah,gimana kalau ternyata dia jutek atau kaku,gak akan lancar nih ketemuannya) hilang lenyap sudah kaya abis kena genosida. Luluh lantak tak berbekas. Pertemuan dan perbincangan itu mengalir dengan smooth dan menyenangkan.

Kenapa diawal gue sempat bilang "sedikit unik yang kadang memberi inspirasi?" Karena, dia orang yang unik. Kejujurannya, menceritakan berbagai hal yang mungkin gue sendiri belum tentu akan menceritakan hal itu sama orang yang baru gue kenal (shows that she's very nice and extrovert person), terus dia bisa cerita panjang lebar mengenai suatu hal dengan antusiasme yang tinggi dan semangat yang meledak-ledak (seperti Soekarno yang sedang orasi didepan ribuan rakyat Indonesia), senang menyelipkan candaan disela-sela pembicaraan, tapi berubah menjadi sangat serius ketika sedang serius (lengkap dengan mata yang membelalak dan jawaban yang straight to the point), yang kadang memberikan gesture yang khas ketika sedang menyibakkan rambut atau tertawa, berbicara lugas dan terbuka.

Banyak, cuma sayang sedikit sulit dituangkan dalam kata-kata. Intinya dia menyenangkan dan memberi inspirasi. Kadang, gak perlu menjadi orang yang hebat untuk memberikan inspirasi bagi orang lain, cukup menjadi diri sendiri, terbuka, hangat dan menyenangkan aja uda cukup membuat orang lain merasakan dampak yang besar dari sekedar obrolan singkat. Persis seperti yang dia lakukan. Kadang, dunia ini uda terlalu penuh dengan orang-orang yang menutup-nutupi dirinya, memakai topeng palsu untuk sekedar basa basi, tapi mereka gak sadar, ketulusan akan terpancar dari hati dan mata bukan sekedar dari bibir merekah penuh senyum atau bahkan senyum lima jari. Di dunia yang udah penuh kemunafikan ini, kejujuran dan ketulusan akan berdiri gagah, mengambil alih semua perhatian di sekelilingnya.

Mungkin gue belum terlalu kenal, atau malah kesotoyan gue dalam melihat karakter yang dia tampilkan. Tapi paling gak, itu yang terlihat buat gue. Itu yang gue terima dari sikap ramahnya. Perasaan paling menyenangkan adalah perasaan diterima dengan baik kan? Ditolong tanpa banyak alasan padahal kenal dalam sesaat.

Inspirasi yang timbul karena pertemuan itu bukan sedikit, tapi kadang banyak hal yang tidak bisa digambarkan lewat kata-kata. Cukup dirasa. Intinya sih gitu, kadang ada orang-orang yang terasa tepat ketika bertemu, ada yang terasa sudah salah dari awal. Walaupun tetap "don't judge a book by its cover" jangan pernah ! Karena apa yang terlihat belum tentu yang sebenarnya.

Anw, Terima kasih buat anggie yang uda ngebantu ngebangun karakter dari tugas yang entah bisa atau ga gue kerjakan ini. Nice to know you :)

Kenapa? *BIG QUESTION MARK*

Pertanyaan ini yang sering muncul di pikiran sempit gue akhir-akhir ini. Entah kenapa atau gimana yang pasti selalu merasuki pikiran gue.

"Kalau memang setiap pertemuan akan berakhir dengan perpisahan, kenapa harus ada pertemuan?"

Pertemuan yang jelas punya maksud lebih spesifik dari sekedar berkenalan biasa dengan orang baru yang kemudian say bye, terus udahan. Pertemuan yang gue maksud jelas ke pertemuan yang lebih dalam, misalnya ke orang yang akhirnya jadi sahabat dekat sampe ke pacar atau dia malah orang yang all in lengkap jadi satu. Pertemuan yang kemudian jadi hubungan yang erat kaya gitu aja tetep berujung kan. Nah dari yang kaya gitu makanya pertanyaan itu sering dan bahkan hampir selalu ada pikiran gue.

Lalu kemudian akan muncul pertanyaan dari orang lain ketika baca itu. Kenapa harus mempertanyakan itu? Pasti dia abis ngerasain perpisahan itu? Jawaban dari gue iya gue mempertanyakan itu karena gue memang sedang merasakannya. Sesuatu akan muncul ketika itu memang sedang dekat dengan kita kan?

Mungkin bagi sebagian orang yang baca ini tau itu 'perpisahan' dengan siapa, bagi yang ga tau, silahkan menebak apa itu. Intinya gue sedang merasakan perpisahan yang sakit. Bukan yang pertama, karena gue orang yang cukup sering terpisah atau berpisah. Bukan hanya dalam konteks pacar tapi ya ga dipungkiri kalau dalam konteks itu pun pernah.

Anw, buat gue hal itu mengganjal, entah kenapa. Gue orang yang senang keep in touch sama orang yang uda gue kenal, entah baru kenal atau sudah sangat lama kenal. Kalau semua masih bisa diusahakan kenapa harus berakhir, ya kan? Tapi lagi lagi dari yang gue tau, itu namanya hidup kan, gak mungkin berjalan flat tanpa rasa. Ada saat dimana kita diatas/senang ada saat giliran kita yang dibawah/sedih. Cuma ya kenapa beberapa orang yang sudah dipertemukan dengan kita itu, yang kadang memberi warna tersendiri, yang ketika dipisahkan dari kita akan menorehkan bekas yang cukup dalam sampe akhirnya untuk menghilangkan sakitnya aja itu gak gampang. Kalau memang semua yang dipertemukan itu harus dipisahkan, kenapa dalam setiap pertemuan harus ada yang membekas?

Ini berujung sama perasaan gue yang entah kenapa akhir-akhir ini berubah menjadi kaku. Dimana semua yang gue jalanin cuma sekedar gue lakuin tanpa mau gue buat perasaan gue terlibat terlalu dalam. Gue lebih memilih jalan sendiri daripada bergantung sama orang lain (istilah puitisnya menitipkan sebagian perasaan gue di dia) terus terlibat dalam, kemudian tinggal nunggu dipisahkan. Sakit kan ya? Lama-lama capek juga. Jadi gue memilih untuk "ya udah deh, jalanin ini se flat yang gue bisa aja, gak perlu naro perasaan di setiap tempat yang gue singgahi, biar perasaan gue terus terjaga"

Tapi mau sampe kapan gini? gue kan manusia bukan robot. Selalu ada perasaan yang timbul pastinya. Nah itu yang buat kenapa gue sekarang jadi sedikit defensif sama perasaan gue. Misalnya, di satu saat perasaan entah apapun itu muncul, gue milih buat langsung berhentiin itu, mengontrol setiap emosi yang bisa muncul, gue tahan banget. Karena perasaan itu baru juga, langsung deh pelan-pelan hilang. Nah akibatnya, sekarang gue merasakan kedataran yang amat sangat, gak ada kesenangan yang amat sangat, gak ada kesedihan yang terlalu menyakitkan.

Entah berapa lama ini akan berlangsung, tapi paling gak buat saat ini, ini yang ternyaman, terbaik, yang bisa gue rasain dan gue jalanin.

Gak semua hal harus pake perasaan juga kan?
Atau ketika ini mengganggu sebenarnya itu perasaan yang sedang bermain?