" Three words I can sum up everything I've learned about life: it goes on. " Robert Frost

Wednesday, February 20, 2013

Manusia

Lalu mengapa mereka lari bersembunyi dibawah langit hanya untuk saling menutupi rasa yang pernah ada. Aku muak dengan semua yang diumbar di dunia. Kamu yang begitu egois, tamak, mencinta dua orang dalam waktu yang sama, dia yang munafik mencinta tapi ingkar, aku yang bodoh mencinta hingga mampus. Tidak adakah kadar yang normal di dunia, yang biasa saja, yang tidak perlu berlebihan.

Katanya hidup ini adil, semua yang ada di tanah yang kita jejak ini pasti terhubung yang nantinya akan membawa kita menuju keseimbangan. Lalu mengapa neraca kebersamaan kita tidak pernah seimbang. Jika saat ini berat ke kanan, esoknya akan si kiri akan menunggu kapan jarum perhatian itu akan condong ke arahnya.

Gila. Manusia yang katanya berlogika, berjiwa, makhluk yang paling sempurna karena bisa menggunakan akalnya saja mampu dimainkan oleh perasaannya sendiri. Lalu di mana letak kelebihan manusia yang disebut akal itu? Apa bentuk rasionalitas yang diagung-agungkan? Halah. Paling itu hanya buatan filsuf-filsuf yang berkhayal tinggi atau mungkin mati rasa.

Kenapa? Ingin protes dengan kesinisan aku yang menggila? Menuduh filsuf yang kalian banggakan tak lebih dari sekadar bualan kosong tanpa bukti. Coba berdiri di atas kaki ku, berjalan dengan langkah yang ku jejak, hidup dengan kegelisahan ku, baru sampaikan apa yang berkeliaran di benak kalian tentang rasanya menjadi aku.

Kalau adil, pasti tidak ada yang tersakiti di muka bumi ini. Tidak perlu ada kriminalitas, tidak perlu ada kekecawaan. Lalu kalian mau bilang apa? Mau bilang itu lah hidup, tidak selamanya di atas, karena jika kita tidak pernah merasa sakit kita akan lupa rasanya bahagia. Haah. Sampai kapan kalian, manusia-manusia, mau terus menerus ingkar dan memilih berlindung dari hidup hanya dengan permainan kata?

Kalian tau. Rasionalitas kalian, akal kalian, tidak menolong banyak. Hanya mengajarkan kalian untuk menjadi pembohong. Karena berusaha terus mencari pembenaran atas semua kesalahan yang terjadi dalam hidup kalian. Merangkai kata seolah menjadikan hal itu benar, seolah akal kalian hebat, lalu nanti kalian menghibur diri sendiri dibalik kata-kata itu. Kalian bodoh.

Aku nestapa yang hidup dalam gelap luka. Aku manusia seperti kalian, tapi aku tak pernah ingkar dengan rasaku. Aku tak ingin menjadi manusia yang sama bodohnya dengan kalian. Yang hanya bisa mengikuti arus, mengikuti dunia, menjadi global tapi lupa menyempatkan waktu mendengar rasa kalian berbicara, aku hanya tidak ingin melupakan siapa aku dan menjadi orang lain agar tidak tersakiti.

Tapi yang aku tau, aku tetap lah bodoh karena terjerat rasa yang menggila akan kamu yang bahkan tidak bisa mengalahkan egois itu. Lalu aku melangkah jauh, pergi, berbahagia dengan hidupku, tapi menyisakan lubang dalam tak berujung karena hanya tak ingin terus terluka akan kamu. Kamu, iya kamu! Kamu manusia paling hebat karena telah berhasil merusak hidup orang lain hanya untuk memenangkan rasamu seorang.

No comments:

Post a Comment