" Three words I can sum up everything I've learned about life: it goes on. " Robert Frost

Monday, April 30, 2012

Is it too mainstream?

Bimbang atau nama kerennya sekarang yaah itu tuh GALAU. Mau dilihat dari sisi apa ya? Biarin ngalir aja deh ya ini ceritanya. Kita mulai dari, salah gak sih GALAU? Sebenernya menurut gue sih gak bisa ada yang disalahin. Apa coba salahnya? Terlalu mainstream? Ikutin arus banget? Mungkin gak sih. Coba dirunut, dari dulu pasti manusia itu pernah bimbang, bingung mau ngambil keputusan kaya apa dan gimana. Pilihan mana yang lebih baik satu dari yang lainnya. Iya kan? Bukan karena zaman sekarang musim GALAU terus baru sekarang doang kita bingung sama pilihan-pilihan kita, dari dulu juga selalu ada pilihan yang buat bingung yang harus kita tentuin buat hari kita didepannya. Kalo gak masa iya ada kata-kata terkenal "HIDUP ITU PILIHAN".

Cuma mungkin menurut gue sih gini, dulu kita bingung tapi gak ada istilah kerennya yang dipake meluas secara nasional terus jadi semacam trend. Nah sekarang kita bingung, terus ada istilah 'hits' itu makanya berasanya bingung jadi terlalu mainstream. Jadi berasa ada dimana-mana gitu padahal sebenernya dulu juga ada dimana-mana. Ibaratnya dulu gak keliatan gitu, dibawah permukaan sekarang keliatan banget. Selain karena istilah keren tadi ya karena sekarang itu kemampuan kita mengakses wilayah pribadi seseorang jauh jauh jauh lebih mudah dengan adanya sosial media ini lah makanya kita terasa dekat dengan kebimbangan seseorang. Dapat dikatakan, kita secara tidak langsung diajak masuk dan terlibat dalam pengambilan-pengambilan keputusan yang dipunya oleh seseorang yang tadinya sebelum ada sosial media kita gak pernah sampai ke wilayah tersebut (kecuali itu keluarga atau sahabat kita).

Bisa jadi trend banget ya karena memang kita setiap menitnya dalam hidup selalu bertemu sama pilihan yang kadang bagi sebagian orang itu biasa banget, tapi bagi sebagian orang yang memang buat mutusin mau makan coklat silverqueen atau cadbury aja bingung ya pasti galaunya maksimal. Ujung-ujungnya semua masalah dan pilihan kita yang berujung pada kebimbangan berubah nama jadi galau.

Tapi yang sayangnya, galau malah identik dengan galau cinta. Dikit-dikit dimana ada kebimbangan dianggapnya itu karena dia lagi galau cinta. Padahal ya mungkin aja dia lagi galau yang lain. Tapi gak bisa disalahin juga persepsi yang ada itu, kenapa? Karena emang situasi yang ada yang ngebuat galau itu erat kaitannya dengan cinta. Gimana gak? sekarang masalah cinta macam apa yang gak dibawa ke sosial media. Malah kadang sengaja buat diliat sama orang lain, entah orang yang emang buat galau entah orang lain biar diperatiin. Ya ga? 

Terus kaya gitu salah lagi? Ya gak lah, semua orang punya hak kali mau kaya gimana dan ngapain. Sosial media kan tempat dimana seharusnya ada keterbukaan, kalau gak mau wilayah privasinya nggak terganggu ya jangan mendekati sosial media. Sekali bersedia sign up lalu sign in berarti kalian sudah siap membagi sebagian wilayah privasi dan cerita kalian ke orang lain. Nggak ada batasnya dong? Ya ada lah, yang buat batas itu kita sendiri, mau sampai sejauh apa kita ngebagi urusan pribadi kita sama orang lain. Nah sisanya ya terserah yang baca nanggepinnya gimana. Siap berbagi siap menghadapi :)!

Tidak ada yang terlalu mainstream, yang ada hanya akan selalu ada arus - arus trend yang terus bergulir seiring dengan waktu tanpa sempat kita cegah. Tinggal bagaimana kita memilihnya : mengikuti lalu memimpin arus tersebut atau mengikuti lalu terseret arus yang ada. Pilihan selalu ada ditangan kita, bukan mereka. Jadi siap melakukan pilihan? Atau malah jadi GALAU ? Hahahhaha. It's on your hand :)

2 comments:

  1. Nami... baca post lo yang ini malah keinget sama Pak Irwansyah :')) "sekali sign up lalu sign in berarti kalian sudah siap membagi sebagian wilayah privasi dan cerita kalian ke orang lain" hahaha bener banget. Semua memang balik ke kita sendiri lagi kan, karena yang mutusin buat dibagi (cerita/keluhannya) ke social media atau gak ya kita sendiri!

    ReplyDelete
  2. Hahahaha baru berasa gue kenapa gue jadi mirip pak irwansyah ! Setujuuuuu Er :D

    ReplyDelete