" Three words I can sum up everything I've learned about life: it goes on. " Robert Frost

Wednesday, January 16, 2013

Salah Siapa Ini?

Sensitivitas?

Hahaha entah  gue yang terlalu naif atau terlalu menyederhanakan perdebatan panjang di sebuah stasiun televisi swasta, tapi buat gue, masalah yang diangkat dalam perdebatan tadi memang bersumber dari satu kata itu. Ibarat dalam suatu pertandingan sepak bola ya kata itu lah man of the match nya. Kalau dalam sebuah karya seni ya dia point of interestnya.

Kenapa? Bukannya isu SARA? (udah mulai ngerti kali ya ini perdebatan tentang apa dan siapa)

Ya memang tentang isu SARA tapi tetep aja, jika mau diliat dengan kepala yang lebih dingin dan hati yang lebih tenang, pasti kita bisa ngeliat bahwa si kata yang gue munculin di awal tadi adalah sebab musababnya. Bukan gue ingin ikut-ikutan menyederhanakan hal ini, sikap gue dalam melihat kasus ini tetap tidak setuju dengan apapun hal yang berbau SARA dijadikan obrolan ringan apalagi dianggap tidak penting. Gue nggak setuju sama apapun itu yang bisa aja ngerusak pluralisme. Gak sok, sumpah, ini tulus. 

Coba, kalau lagi santai, liat deh, mestinya ini masalah nggak perlu jadi sebesar ini. Malah menurut gue setelah masalah ini menjadi sebesar ini, ini juga yang ngebuat SARA jadi kebawa-bawa dan semakin banyak orang yang tersinggung. 

Kesalahan fatal yang gue liat adalah minimnya kesadaran si "orang" ini untuk mengakui bahwa apa yang sempat dia lontarkan (apapun motif dibaliknya) suatu hal yang salah. Membuat gerah beberapa pihak. Cukup mengakui dan tidak perlu membesar-besarkan masalah. Tidak malah balik menyerang pihak lain dan menunjukkan sikap yang kekanak-kanakan. Itu saja cukup mungkin.

Apalagi sebagai orang yang cukup memiliki nama besar dan memudahkan dirinya untuk menjadi sorotan publik, seseorang seperti itu sudah sepantasnya lebih memperhatikan segala ucapan dan tindak tanduknya di ruang publik. Ada etika yang harus dijaga. Apa yang "orang" itu tunjukkan, membuat nilai dirinya semakin rendah dimata publik. Tidak sesuai dengan statusnya sebagai intelektual. Tindakan yang menurut gue sembrono ini semakin fatal karena dibarengi dengan reaksi dia terhadap perkembangan kasus ini. Jika saja dia lebih bisa tenang dan kalem, gue yakin paling gak, gak semakin banyak orang yang ikut-ikutan kesel sama dia. 

Buat gue, ya cukup se-simpel ini, sebagai seseorang yang bisa dibilang dipandang oleh orang banyak, sudah sepantasnya siapapun itu menjaga sikap. Selain itu, kita juga dalam menanggapi suatu kasus jangan sampai terlalu mudah terbawa arus dan melibatkan terlalu banyak subjektivitas. Sekali-kali ngeliat dari sudut pandang lain, nurunin sedikit rasa sensitivitas kita, daaan kalau kata anak jurnal jangan lupa cover both side. Biar Indonesia lebih adem lah, banyak banget udah masalah di negeri ini, jangan sampai kita makin susah aja gara-gara hal yang mestinya bisa kita minimalisir kaya gini kan? Dari semua pihak harus barengan dewasanya nih.

Yah, lagi lagi ini cuma pandangan sederhana. Gue bukan pengamat politik, bukan pula yang paham hukum, hanya sekadar memberi tanggapan. 

No comments:

Post a Comment