" Three words I can sum up everything I've learned about life: it goes on. " Robert Frost

Friday, March 9, 2012

Sudah bisakah ini berjalan?

Pikiran ini terlintas ketika gue sedang di salah satu Pertamina Gading Serpong deket UMN,kampus gue. Pertamina itu menggunakan sistem self service yang mungkin masih belum banyak di gunakan di Indonesia. Terkesan agak "wah" dan berbeda dari apa yang selama ini sering kita liat lazimnya.

Karena gue uda beberapa kali kesana, gue sempat ngeliat perubahan yang ada. Dari mulai sistem itu dijalankan, dimana petugas pertaminanya yang dulunya ngiisiin bensinnya masih rame berdiri nungguin proses dan menerima uang, terus berubah lagi, dimana tinggal beberapa petugas yang berdiri untuk melihat proses yang dilakukan pembeli dan beberapa orang menjaga meja yang terlihat seperti kasir dimana kita harus membayar lalu kemudian mendapatkan password untuk melakukan pembelian dan pengisian, hingga sekarang yang paling baru, hanya tinggal 3-4 orang petugas lagi yang benar-benar untuk menjaga proses agar berjalan lancar dan kita pembeli harus membayar dan mendapatkan password di dalam supermarket yang ada di Pertamina tersebut.

Yang ingin gue bahas bukan bagaimana sistem itu berjalan atau apa. Tapi lebih ke bagaimana nasib para pekerja yang tadinya bekerja disana. Tentu dengan menggunakan sistem Pertamina yang lazim dengan sistem self service seperti ini perbedaan jumlah karyawan/petugas yang dipekerjakan tentu berbeda. Gue yang hanya datang kesana sesekali saja dapat melihat perubahan yang mencolok. Terus kemana dong mereka? Gue gak tau pasti mereka kemana, entah itu diberhentikan atau dipindah lokasikan.

Cuma menurut gue sistem ini punya plus minusnya seperti kebanyakan suatu hasil perombakan atau pembaruan lainnya. Gini, plusnya, masyarakat Indonesia yang sudah sangat lama hidup dalam kemanjaan dan tidak biasa bekerja sendiri, apa-apa dilayani,apa-apa dikerjain orang lain, sekarang diajarin untuk mulai ngelakuin hal itu sendiri (entah itu ujung-ujungnya yang ngiisiin juga supirnya,at least ya beberapa dari masyarakat Indonesia yang tidak memakai supir sudah mulai melakukan hal itu sendiri) selain itu mungkin ini saatnya kita sama kaya di negara maju lainnya yang sudah lama menerapkan sistem ini.

Tapi minusnya, gini nih, kita itu negara yang besar, punya banyak banget penduduk yang dengan kenyataan Pertamina belum nerapin sistem self service aja udah banyak yang nganggur dan belum memiliki pekerjaan apalagi sekarang Pertamina menggunakan sistem self service ini, makin banyak lah hal ini terjadi, ya kan?

Kalau sampai semua Pertamina menerapkam sistem ini, berapa banyak lagi orang yang harus kehilangan pekerjaannya, atau mungkin Pertamina sudah punya solusi atas ini, atau kemungkinan terburuknya bahkan tidak ada yang memikirkan itu. Masa iya karena satu sistem ini makin banyak orang-orang yang kehilangan pekerjaan? Dampaknya bakal kemana-mana dong, makin banyak keluarga yang kurang mampu, makin banyak anak-anak dengan pertumbuhan gizi tidak sebagaimana seharusnya, semakin banyak juga pengamen atau peminta-minta terus akan semakin banyak anak-anak yang putus sekolah. Dan tentu masih banyak pertanyaan pertanyaan lainnya yang mengikuti dari efek yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya itu.

Hingga semua pertanyaan itu berujung pada satu pertanyaan besar dan efek utama dari semua itu :
"Mau kapan bangsa ini dapat maju dan bersaing dengan bangsa lain jika itu yang terjadi pada penerus bangsanya?"

Itu sih cuma pemikiran gue yang entah kenapa terlintas saat gue sedang melihat nyata sistem itu berjalan. Gue sih pastinya berharap sudah ada orang di luar sana yang sudah memikirkan semua kemungkinan-kemungkinan buruk itu dan sudah memiliki antisipasi untuk itu.

Sebagai salah satu anak bangsa (hehehehe) gue cuma pengen ngeliat bangsa gue maju. Kita bangsa besar jadi kenapa kita harus tertinggal dan tidak mampu mensejajari langkah dengan yang lain? Lagi lagi ini hanya sebuah pemikiran, tidak menyalahkan atau membenarkan apapun. :)

No comments:

Post a Comment