" Three words I can sum up everything I've learned about life: it goes on. " Robert Frost

Tuesday, March 20, 2012

Replika Manusia Kota

Setelah di kelas jurnal TV nonton "Jakarta Megacities" nya National Geographic yang dulu pernah gue tonton juga di Metro TV, maka inspirasi itu pun muncul..

Lalu setelah inspirasi itu muncul, maka berpuluh-puluh kata membludak ingin dirangkai saat itu juga. Sehingga terciptalah ini :

"Pemandangan di bawah sana masih saja sama, puluhan pasang sorot lampu kemerahan menyala masih saja bergerak lambat. Lampu-lampu kota mulai menyemburatkan sinarnya. Aku menyapu pandangan ku ke seluruh sudut ruangan, tersisa beberapa sosok yang sedang bersantai. Sama denganku, menunggu malam menjemput lalu berpacu di jalan yang sudah lenggang mengantar diri dalam istirahat singkat.” (rutinitas ku, perempuan di balik gedung bertingkat)

"Lama sudah aku menunggu. Berpuluh orang sudah lalu lalang naik turun berbagai onggokan besi bernomor yang herannya masih bisa berjalan itu. Membayangkan berada di dalamnya saja aku bergidik ngeri. Berapa banyak kuman disana, berapa banyak hal buruk yang bisa terjadi disana, bahkan mungkin keselamatan ku terancam melihat caranya meliuk dipadatnya jalan. Aku rela menjemput malam asal sejuk ac dan harum jok kulit tersapu sejuk itu yang ku dapat.” (suara hati ku,perempuan saksi bisu padatnya raya)

Peduli apa aku dengan gundukan di sudut itu? Toh bukan aku yang membuatnya. Mereka yang bercanda disana mungkin, atau mungkin bapak tua disudut sana, atau mungkin pedagang yang merokok itu. Bukan urusanku. Entahlah. Nanti pada saatnya juga pasti ada yang mengambilnya. Biarkan saja.” (Benak ini milik ku, seorang perempuan dalam keramaian kota)

"Entah sudah berapa lama aku terperangkap dalam pekat asap yang serupa, aku bahkan merasa dekat dengannya. Mencarinya untuk memastikan bahwa aku masih hidup dan menghirup udara. Aku bahkan lupa wangi udara segar. Aku bahkan tak ingat kapan terakhir kali rongga dada ini terasa bebas tak terkungkung. Aku replika manusia kota kebanyakan.”

Aku berjalan menunduk dalam, memandang penuh pada setiap retakan-retakan yang ku jejak. Hanya tanah tends meretak yang muncul. Aku mencari setitik hijau yang menenangkan.. Tapi entah dimana aku harus mencarinya. Ini yang ku jejak pasti bukan tempatnya. Aku mencari di tempat yang tak seharusnnya.”

Ku sapu seluruh objek yang terbentang luas di hadapan ku, di satu sudut ku temui semburat sosok yang mencolok. Mata ku tak terbiasa dengannya, unik namun terlalu menyiksa. Disini, di pojok ini yang ku tau hanya semburat yang biasa hadir. Sosok pohon yang rindang itu langka, ini hanya tanah kering retak di setiap sisinya. Itu sahabat mata ku, bukan dia.”

Aku menghela nafas dalam, sesak menyemburat meliuk di setiap rongga dada. Ini realitas yang ku lalui, aku berkeliaran bebas diantara asap hitam yang menjadi teman, aku bahkan tak akrab dengan udara segar, aku bersahabat dengan pekat asap knalpot."

Itu part 1-nya. kelanjutannya segera menyusul. :)

PS : You can get more of those words on my tumblr : Unpredictable Ways :)

No comments:

Post a Comment